Nusantara Regas menggelar Eco Action, sebuah aksi peduli lingkungan yang dilakukan dengan kegiatan penanaman dua ribu bibit mangrove dan kegiatan bersih pantai di Pulau Pramuka.&nbsp;Ini merupakan bagian inisiatif Nusantara Regas mendukung perlindungan ekosistem pesisir dan memperkuat kepedulian terhadap lingkungan yang melibatkan 85 relawan yang terdiri dari pekerja Nusantara Regas yang berkolaborasi dengan Divers Clean Action.&nbsp;<figure class="image"><img src="/uploads/DSC_03380_90781c41df.JPG"><figcaption>Ketua Smiling Coral Indonesia (SCI), Bang Herman, memberikan arahan terkait penanaman mangrove pada peserta (07/08/2024).</figcaption></figure>&nbsp;“Mangrove punya kemampuan untuk menghasilkan oksigen empat kali lebih banyak dari tanaman biasa sehingga perannya luar biasa menjaga ekosistem. Nah, Kepulauan Seribu adalah area yang dekat dengan lokasi operasi FSRU Nusantara Regas, sehingga kami punya tanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan di sini salah satunya dengan Eco Action ini,” kata Direktur Manajemen Risiko Nusantara Regas, Ali Azmy ditulis Jumat (09/08/2024).&nbsp;<a href="https://www.suara.com/bisnis/2024/08/09/133713/nusantara-regas-gelar-penanaman-2000-mangrove-dan-aksi-bersih-pantai" target="_blank" rel="noopener noreferrer">Baca artikel aslinya di sini.</a>

large_DSC03592.JPG

medium_DSC03592.JPG

small_DSC03592.JPG

thumbnail_DSC03592.JPG

DSC03592.JPG

Nusantara Regas menggelar Eco Action, sebuah aksi peduli lingkungan yang dilakukan dengan kegiatan penanaman dua ribu bibit mangrove dan kegiatan bersih pantai di Pulau Pramuka.

Nusantara Regas Gelar Penanaman 2000 Mangrove dan Aksi Bersih Pantai

Suasana di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu jauh lebih meriah dari hari biasanya, pada Rabu (7/8/2024) lalu. Hari itu Nusantara Regas menggelar Eco Action, sebuah aksi peduli lingkungan yang dilakukan dengan kegiatan penanaman dua ribu bibit mangrove dan kegiatan bersih pantai di Pulau Pramuka.&nbsp;Ini merupakan bagian inisiatif Nusantara Regas mendukung perlindungan ekosistem pesisir dan memperkuat kepedulian terhadap lingkungan yang melibatkan 85 relawan yang terdiri dari pekerja Nusantara Regas yang berkolaborasi dengan Komunitas Divers Clean Action (DCA). Eco Action dijalankan dengan sejumlah rangkaian aksi yakni penanaman mangrove di sekitar pesisir pantai Pulau Pramuka.&nbsp;&nbsp;Berdasarkan riset, Pulau Pramuka mengalami abrasi seluas 0,7 meter per tahun sehingga mengalami banjir rob, deforestasi mangrove, hingga ancaman tenggelamnya pulau yang akan mengancam keberlangsungan hidup 2.203 warga Pulau Pramuka sehingga diperlukan aksi intervensi untuk mencegah hal tersebut memburuk.&nbsp;<a href="https://ekonomi.republika.co.id/berita/shxtfz423/nusantara-regas-hijaukan-pantai-tanam-2000-mangrove" target="_blank" rel="noopener noreferrer">Baca artikel aslinya di sini.</a>

large_DSC03694.JPG

medium_DSC03694.JPG

small_DSC03694.JPG

thumbnail_DSC03694.JPG

DSC03694.JPG

Nusantara Regas Hijaukan Pantai, Tanam 2.000 Mangrove

&nbsp;&nbsp;Opportunities to team up are coming, Rangers&nbsp;We are confident that the individuals who will lead the way as champions for our oceans are already part of our network. Therefore, we invite you to become a member of the DCA team and collaborate on implementing various initiatives. If you are seeking a job that allows you to actively contribute to tangible changes on the ground and are willing to transition from volunteering to a full-time commitment for a specific duration, we have some compelling new opportunities for you! Given the upcoming implementation of several programs this year, we are actively seeking enthusiastic individuals to join our team.&nbsp;Here are the positions that we are currently looking for : &nbsp; 1. Accountant (application deadline: Sunday, 21 January 2024)&nbsp;&nbsp;2. Circular Economy Specialist (application deadline: Sunday, 21 January 2024)&nbsp;&nbsp;3. Monitoring and Evaluation Specialist (application deadline: Sunday, 21 January 2024)&nbsp;&nbsp;4. Interns (to be confirmed)&nbsp;You can access more details of the position :&nbsp;<a href="https://bit.ly/oprecdca2024">https://bit.ly/oprecdca2024</a> or you can click the read more button at the end of this article.&nbsp; &nbsp;Please send your CV and Cover Letter to opportunity@diverscleanaction.org with a subject line that corresponds to the position code for which you are applying. Please pay attention to the deadline for each position, as it may vary. The DCA team will only evaluate candidates who submit their documents before the deadline for each position. Only those who are selected to move forward in the selection process will be contacted.&nbsp; &nbsp;&nbsp; Although we encourage applicants from diverse backgrounds to apply, these positions are open for Indonesian citizens only, preferably those residing/willing to reside in the Jabodetabek area If this opportunity is not suitable for you but you know friends/networks who should apply for these positions, feel free to spread this article link (<a href="https://bit.ly/joindca2024">https://bit.ly/joindca2024</a>) to your network! &nbsp;Let's make changing waves together #ForTheSakeOfTheOcean!<a href="https://drive.google.com/drive/folders/1CGOZ5UA0zVObX0n2eaDqzPL4Ui-oYr4T" target="_blank" rel="noopener noreferrer">Read more</a><figure class="image"><img src="/uploads/Volunteery_Cover_1cd25c0685.png"></figure><figure class="image"><img src="/uploads/All_Body_02_07e6b5d743.png"></figure><figure class="image"><img src="/uploads/All_Body_03_031b90c5d0.png"></figure>

We are confident that the individuals who will lead the way as champions for our oceans are already part of our network.

large_Volunteery_Cover.png

medium_Volunteery_Cover.png

small_Volunteery_Cover.png

thumbnail_Volunteery_Cover.png

Volunteery_Cover.png

Start your 2024 by being part of DCA's team!

Sampah botol plastik minuman kemasan dalam tiga karung beras ukuran 50 kilogram dan beberapa bundel kardus karton dikeluarkan Indrawati (44) dari dalam warungnya, Kamis (27/7/2023) sore. Warga RT 015 RW 004 itu sebelumnya sudah mengabarkan kepada pengelola Bank Sampah Kenanga agar sampah tersebut segera diangkut.&nbsp;<figure class="image"><img src="/uploads/8f1e3130_56ff_4e91_890f_7f8797ae350c_jpg_30796c9527.jpg"><figcaption>Petugas Bank Sampah Kenanga RW 004, Kelurahan Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, menerima sampah yang dikumpulkan anggotanya, Kamis (27/7/2023).</figcaption></figure>&nbsp;Petugas Bank Sampah Kenanga datang membawa beberapa kantong wadah sampah daur ulang dan alat timbang untuk menghitung langsung bobot sampah yang telah dipilah Indrawati. ”Baru tiga hari lalu kami ambil sampah di sini. Hari ini sudah harus diambil lagi," kata Tarjono, salah seorang petugas pengangkut sampah bank sampah itu.&nbsp;Setelah ditimbang, sampah yang diserahkan Indrawati kepada pengelola bank sampah itu mencapai 6 kilogram (kg), terdiri dari 3 kg kardus dan 3 kg botol plastik. Berat sampah itu lalu langsung dikonversi ke dalam rupiah, sesuai harga per kilogram dua jenis barang yang diterima. Indrawati pun mendapat kurang dari Rp 15.000.&nbsp;Namun, hasil penjualan sampah itu tidak diterima Indrawati dalam bentuk uang tunai. Angka itu dicatatkan di buku tabungan sebagai cicilan pinjaman. Sebulan lalu, ia meminjam uang Rp 500.000 dari bank sampah untuk modal mengembangkan warungnya, dari yang hanya menjual sembako kini menambah etalase minuman dingin.&nbsp;<a href="https://www.kompas.id/baca/metro/2023/07/28/lawan-jeratan-utang-bank-keliling-dengan-sampah" target="_blank" rel="noopener noreferrer">Baca artikel aslinya disini</a>

b665fdf6-f7d1-4444-b421-59de03404dbd_jpg (1).jpg

large_b665fdf6-f7d1-4444-b421-59de03404dbd_jpg (1).jpg

medium_b665fdf6-f7d1-4444-b421-59de03404dbd_jpg (1).jpg

small_b665fdf6-f7d1-4444-b421-59de03404dbd_jpg (1).jpg

thumbnail_b665fdf6-f7d1-4444-b421-59de03404dbd_jpg (1).jpg

Bank sampah tidak hanya bisa menampung sampah untuk diolah dan menghasilkan uang tunai. Di RW 004 Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, bank sampah juga menghindarkan ketergantungan pengusaha warung pada lintah darat.

large_8f1e3130-56ff-4e91-890f-7f8797ae350c_jpg.jpg

medium_8f1e3130-56ff-4e91-890f-7f8797ae350c_jpg.jpg

small_8f1e3130-56ff-4e91-890f-7f8797ae350c_jpg.jpg

thumbnail_8f1e3130-56ff-4e91-890f-7f8797ae350c_jpg.jpg

8f1e3130-56ff-4e91-890f-7f8797ae350c_jpg.jpg

Lawan Jeratan Utang Bank Keliling dengan Sampah

Pada Jumat, 28 Februari lalu, telah diadakan forum diskusi multi-pihak uji coba skema take-back menggunakan kapal sampah pemerintah sebagai penerapan skema Extended Producer Responsibility (EPR) di Kepulauan Seribu.&nbsp;Acara yang berlokasi di Park Hotel Cawang tersebut dihadiri oleh peserta dari berbagai sektor yang memiliki kepentingan dalam sistem pengelolaan sampah, termasuk perwakilan dari instansi pemerintah, sektor swasta, serta komunitas yang aktif dalam pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan.&nbsp;&nbsp;Dalam kegiatan ini, hadir pula Agus Rusly, selaku Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Ia menyoroti isu transboundary pollution, dimana sampah dari satu wilayah bisa berpindah ke wilayah lain.&nbsp;&nbsp;Agus Rusly menegaskan bahwa pemerintah sangat ketat dalam menanggulangi praktik open dumping yang terjadi, termasuk di Kepulauan Seribu.&nbsp;Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular dari KLH itu berharap proyek uji coba skema take-back bisa menjadi contoh yang baik bagi wilayah lain, khususnya kawasan wisata yang kerap menghadapi masalah sampah dan ketersediaan air bersih.&nbsp;<figure class="image"><img src="/uploads/DSC_03402_59d94c6af9.JPG"><figcaption>Agus Rusly saat memberi tanggapan di tengah sesi diskusi panel.</figcaption></figure>&nbsp;Diskusi mengenai uji coba skema take-back menjadi salah satu sesi yang menarik perhatian, karena memberikan kesempatan bagi perwakilan dari berbagai sektor untuk menyampaikan pandangan dari pengalaman mereka.&nbsp;&nbsp;Pada kesempatan tersebut, Amrullah Rosadi, selaku Managing Director Divers Clean Action, memaparkan laporan mengenai hasil dari Pilot Project Circulating Island, yang mendapatkan dukungan dari GIZ Indonesia melalui 3RproMar Project.&nbsp;Amrullah menjelaskan berbagai aspek terkait proyek ini, mulai dari implementasi inovasi bisnis reuse hingga pengumpulan sampah di Kepulauan Seribu untuk memaksimalkan angka daur ulang melalui subsidi kapal pemerintah.&nbsp;Itu juga disampaikan tanpa melupakan tantangan utama yang dihadapi dalam penerapannya, hingga peluang pengembangan yang dapat dilakukan kedepannya agar program ini berjalan lebih optimal oleh masyarakat.&nbsp;Sebagai langkah nyata dalam memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan, acara ini juga menyelenggarakan sesi penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang melibatkan Bank Sampah Induk Kepulauan Seribu (Rumah Hijau), Recycling Business Unit - Tangerang Selatan sebagai mitra yang ditunjuk Danone AQUA sebagai pihak off-taker, serta Divers Clean Action yang memfasilitasi uji coba pengumpulan botol Polyethylene Terephthalate (PET).&nbsp;&nbsp;<figure class="image"><img src="/uploads/DSC_03228_1_3bba9b4bb8.JPG"><figcaption>Sesi penandatanganan PKS.</figcaption></figure>&nbsp;Penandatanganan ini menjadi tonggak penting dalam mendukung skema take-back, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi biaya, serta mempermudah bank sampah sebagai mitra pengumpul sampah di Kepulauan Seribu dalam menjangkau off-taker, maupun produsen menjangkau komunitas di Kepulauan Seribu.&nbsp;&nbsp;Selain itu, pemanfaatan kapal sampah milik Pemerintah Daerah dalam skema ini diharapkan dapat meringankan biaya pengumpulan sampah daur ulang di Kepulauan Seribu.&nbsp;&nbsp;“Menurut saya, karena kita negara kepulauan, kemudian yang namanya transportasi laut itu kan pasti sangat mahal. Jadi, harus difasilitasi sampai kelihatan perekonomiannya oleh masyarakat dan teman-teman dari industri, khususnya brand owner, produsen-produsen dan sebagainya yang kemasannya ada di lingkungan (sekitar),” ujar Agus Rusly, Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular dari Kementerian Lingkungan Hidup.&nbsp;Acara dilanjutkan dengan sesi talkshow yang memberikan ruang bagi perwakilan dari berbagai sektor untuk berbagi perspektif mengenai peran masing-masing dalam mendukung penerapan ekonomi sirkular di Kepulauan Seribu.&nbsp;Beberapa narasumber yang turut berbicara dalam diskusi ini antara lain Riza Lestari Ningsih, Kepala Seksi Peran Serta Masyarakat dan Penegakan Hukum Sudin LH Kepulauan Seribu, Mahariah, Ketua Bank Sampah Induk Kepulauan Seribu, serta Jeffri Ricardo, perwakilan dari Danone AQUA.&nbsp;&nbsp;Skema Take-Back sebagai Solusi Kolaboratif untuk Pengelolaan Sampah di Kepulauan Seribu<figure class="image"><img src="/uploads/DSC_03265_d0cb75d744.JPG"></figure>&nbsp;Skema take-back adalah salah satu mekanisme dalam peta jalan pengurangan sampah oleh produsen yang ditetapkan dalam Permen LHK No.75/2019, yang bertujuan untuk mengurangi limbah produk dan kemasan hingga 30% pada tahun 2029.&nbsp;&nbsp;Diatur dalam skema R2, produsen dapat bertanggung jawab untuk mengumpulkan kembali kemasan pasca konsumsi yang ada untuk didaur ulang.&nbsp;Di Kepulauan Seribu, skema ini dirancang untuk memastikan bahwa setiap Rukun Warga (RW) memiliki bank sampah yang aktif menjadi aktor pengumpul sampah pasca konsumsi.&nbsp;Keberlangsungan skemanya bergabung pada peran Bank Sampah Induk (BSI) yang memfasilitasi pengumpulan dan distribusi sampah, serta dukungan dari produsen yang bertanggung jawab terhadap kebijakan P75 mengenai pengelolaan kemasan produknya.&nbsp;&nbsp;Tantangan yang dihadapi bank sampah di Kepulauan Seribu adalah keterbatasan akses ke off-taker dan tingginya biaya transportasi laut. Sebagian besar bank sampah masih bergantung pada pelapak sebagai perantara, yang membeli sampah dengan harga lebih rendah.&nbsp;&nbsp;Dengan adanya skema tersebut, bank sampah bisa langsung bekerja sama dengan off-taker, sehingga meningkatkan nilai jual sampah. Hal ini memberikan insentif dan edukasi yang lebih baik bagi masyarakat yang terlibat.&nbsp;Pemerintah DKI Jakarta juga telah mengeluarkan peraturan daerah dengan insentif berupa pembebasan biaya retribusi sampah bagi masyarakat yang rutin menimbang sampah di bank sampah, baik seminggu sekali maupun dua minggu sekali. Kebijakan ini menjadi dorongan tambahan bagi warga untuk lebih aktif dalam memilah dan mengolah sampah rumah tangga.&nbsp;&nbsp;Penulis: Haneeza Afra&nbsp;Project funded by BMZ and implemented by GIZ.

large_DSC03365.JPG

medium_DSC03365.JPG

small_DSC03365.JPG

thumbnail_DSC03365.JPG

DSC03365.JPG

28 Februari 2025 lalu, diadakan diskusi forum multi-pihak uji coba skema take-back menggunakan kapal sampah pemerintah sebagai penerapan skema Extended Producer Responsibility (EPR) di Kepulauan Seribu. 

Mendorong Ekonomi Sirkular: Kolaborasi Multi-Pihak dalam Skema Take-Back di Kepulauan Seribu

Pada bulan Agustus dan September 2024, dua bazar diselenggarakan di Kepulauan Seribu. Acara ini diprakarsai oleh Sudin PPKUKM dengan tujuan mendukung usaha kecil setempat sekaligus memperkenalkan praktik berkelanjutan melalui promosi produk yang dapat digunakan kembali. &nbsp;Bazar pertama berlangsung pada tanggal 2-3 Agustus 2024 di Pulau Harapan, diikuti oleh acara kedua pada tanggal 5-6 September 2024 di Pulau Kelapa. Bazar ini menawarkan kesempatan untuk memamerkan produk-produk dari Toko Cura yang dapat digunakan kembali dan diisi ulang.&nbsp;Produk yang diperkenalkan di booth antara lain sabun cuci piring, detergen cair, pelembut pakaian atau softener, minyak goreng, dan saus kecap. Di Pulau Harapan, karena Alner sebagai mitra supplier barang-barang reuse, mereka menampilkan sistem isi ulang (refill) dan menyediakan peralatan untuk menjalankan sistem tersebut. &nbsp;Rizky Sukmayadi selaku program coordinator menjelaskan bahwa implementasi bazar ini sifatnya fleksibel, dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Namun, penyediaan lapak dari Sudin PPKUKM menjadi kesempatan berharga untuk melaksanakan kegiatan yang menjadi program kerja proyek Circulating Island.&nbsp;&nbsp;Bazar ini dirancang untuk tidak hanya meningkatkan pendapatan penjualan UMKM setempat, tetapi juga memperkenalkan produk-produk buatan pulau kepada khalayak yang lebih luas, termasuk wisatawan.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Tantangan Selama Pelaksanaan Bazar&nbsp;<figure class="image"><img src="/uploads/Toko_Cura_2_bd20b1a58c.png"><figcaption>Beberapa murid sekolah dasar yang mengikuti kegiatan di booth Toko Cura dalam pendampingan orang tua.</figcaption></figure>&nbsp;Mengenalkan dan memasarkan produk Cura menjadi tantangan tersendiri karena banyaknya pulau dan luasnya wilayah Kepulauan Seribu. Salah satu permasalahannya adalah toko Cura tidak ada di semua pulau, berbeda dengan warung-warung biasa yang tersebar di berbagai wilayah.&nbsp;Selain itu, produk yang ditawarkan oleh toko Cura merupakan hasil olahan barang tak terpakai, dalam upaya menciptakan produk yang berkelanjutan. Ini menyebabkan harga produk toko Cura yang lebih tinggi dibandingkan produk di warung biasa ataupun produk yang ditawarkan Bulog di bazar.&nbsp;&nbsp;“Jadi produk Cura sebenarnya sama seperti produk lain, bedanya di harga awal memang lebih mahal karena beli kemasan dulu. Sistemnya kayak beli gas atau galon aja. Masyarakat pulau itu lebih senang dengan yang lebih murah, lebih terjangkau, karena kan mereka juga kerjaannya kan banyak ya. Ada yang memang PNS, ada yang nelayan,” kata Early Indira Salsabila Indrajaya, program facilitator proyek Circulating Island.&nbsp;&nbsp;Untuk mengatasi tantangan tersebut, diadakan kegiatan seru yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat, seperti kuis dan penukaran kupon. Pelanggan toko Cura diberikan kupon dan stiker setiap kali melakukan pembelian, dan jika terkumpul hingga 20 kupon, mereka berhak menukarkan kupon tersebut.&nbsp;&nbsp;<figure class="image"><img src="/uploads/Toko_Cura_3_e2be49a32e.png"><figcaption>Pelanggan Toko Cura di Pulau Harapan bersama fasilitator setelah kegiatan edukasi produk guna ulang.</figcaption></figure>&nbsp;Meskipun banyak masyarakat yang antusias mendatangi booth toko Cura saat bazar di Pulau Kelapa, situasinya berbeda di Pulau Harapan. Jumlah masyarakat yang hadir di Pulau Harapan cukup sedikit, sementara jumlah UMKM yang hadir cukup banyak, sehingga sulit untuk memfokuskan perhatian pada toko Cura dan pesan yang coba disampaikan melalui promosi produk guna ulang. &nbsp;Di Pulau Kelapa, total pendatang yang datang ke booth untuk menanyakan produk dan mengikuti kuis mencapai 30-40 orang selama dua hari. Sedangkan di Pulau Harapan, hanya ada belasan pengunjung dan acara berlangsung hanya satu hari.&nbsp;Namun, Rizky menyebutkan bahwa beberapa tantangan yang muncul selama bazar bukanlah hal yang perlu benar-benar dikhawatirkan.&nbsp;“Memang tujuan awal kita ikut bazar ini kalau untuk penjualan sih nggak. Kita nggak ada ekspektasi tinggi untuk penjualan, penjualan meningkat atau kayak gimana. Tapi memang kita menargetkannya lebih ke engagement, ke masyarakat aja. Jadi, masyarakat tahu dan familiar bahwa di pulau mereka itu ada sistem reuse dan sudah ada di beberapa warung gitu ya, di masing-masing sekolah,” katanya. Penulis: Haneeza Afra&nbsp;Project funded by BMZ and implemented by GIZ.

medium_Toko Cura 1.png

small_Toko Cura 1.png

thumbnail_Toko Cura 1.png

Toko Cura 1.png

Pada Agustus dan September 2024, Sudin PPKUKM menyelenggarakan bazar di Kepulauan Seribu untuk mendukung usaha kecil dan memperkenalkan produk ramah lingkungan dari Toko Cura yang dapat digunakan kembali dan diisi ulang.

Toko Cura di Bazar UMKM: Tantangan Tidak Selalu soal Penjualan, tapi Meraih Hati Masyarakat

Pada 2-3 September 2024 lalu, Bappenas RI menyelenggarakan High-Level Forum Multi-Stakeholder Partnership atau HLF MSP yang acara utamanya berlokasi di Bali International Convention Center. Sedangkan, acara pendukungnya dilaksanakan di The Westin Resort Nusa Dua dalam periode yang sama. HLF MSP ini juga merupakan bagian dari rangkaian KTT Asia-Afrika.&nbsp;Tahun ini, forum tersebut mengangkat tema besar “Strengthening Multi-Stakeholder Partnership for Development Towards a Transformative Change”. Partisipannya pun cukup luas, mulai dari kementerian, perwakilan United Nations Development Programme (UNDP), hingga tamu undangan dari ASEAN yang menjalin kerja sama dengan Indonesia.&nbsp;Dalam kesempatan besar itu, Wahana Visi Indonesia (WVI) dan Divers Clean Action (DCA) dalam proyek PHINLA mengambil bagian sebagai pengelola salah satu acara pendukung yang berbentuk talk show.&nbsp;&nbsp;Kedua entitas tersebut mengangkat tema pengelolaan sampah dan perekonomian masyarakat agar dapat mewujudkan 3 hal berikut:<ul><li style="text-align:justify;">Meningkatkan mata pencaharian yang adil bagi pekerja sampah informal dan komunitas rentan melalui kegiatan penghasil pendapatan terkait sampah (enhancing the just livelihoods of informal waste workers and vulnerable communities and just through waste-related income-generating activities).</li><li style="text-align:justify;">Memperkuat partisipasi masyarakat dalam solusi pengelolaan sampah padat dengan mendorong akuntabilitas sosial (strengthening community participation in solid waste management solutions by fostering social accountability).</li><li style="text-align:justify;">Memfasilitasi pertukaran pengetahuan antara Filipina, Indonesia, dan Sri Lanka melalui forum reguler dan pusat pengetahuan digital (facilitating knowledge exchange among the Philippines, Indonesia, and Sri Lanka through regular forums and a digital knowledge hub).</li></ul>&nbsp;Pelaksanaan talk show itu juga merupakan upaya WVI dan DCA dalam menyampaikan ke khalayak pentingnya kolaborasi kementerian lingkungan antar negara dan bagaimana PHINLA telah menoreh pencapaian di tingkat masyarakat, seperti Bank Sampah dan Asosiasi Simpan Pinjam untuk Kesejahteraan Anak (ASKA), serta bagaimana proyek ini dapat menciptakan dampak berkelanjutan.&nbsp;<figure class="image"><img src="/uploads/Whats_App_Image_2024_10_16_at_4_36_45_PM_a29e056e29.jpeg"><figcaption>Penjelasan umum terkait entitas yang terlibat dalam proyek PHINLA, serta tema yang diangkat dalam talk show.</figcaption></figure>&nbsp;Dalam membahas stakeholder, penting untuk diingat bahwa setiap negara memiliki tantangan dan peluang yang berbeda terkait manajemen sampah. Harapannya, para tamu undangan dapat belajar dari pengalaman masing-masing negara. Selain itu, perlu ada promosi model pengelolaan sampah yang berkelanjutan, baik untuk komunitas maupun pemerintah. Terakhir, penting untuk mendapatkan dukungan terkait kebijakan dan regulasi di tingkat lokal hingga nasional, sesuai dengan target masing-masing negara dalam pengelolaan sampah.&nbsp;Wingky Vikri Saputri, selaku penanggung jawab acara dari pihak DCA, juga menceritakan bagaimana acara ini memberi kesan positif dan diterima dengan baik oleh para tamu undangan.&nbsp;“Jadi ada satu orang, dia itu dari Plastic Bank Indonesia yang memang dia tertarik banget bagaimana belajar terkait penggunaan proyek di PHINLA, baik yang fase 1 ataupun fase 2. Juga banyak belajar terkait pengalaman-pengalaman yang dibawa dari tiga negara ini untuk bisa akhirnya berlanjut ke fase 2 dan juga semakin mengembangkan area proyeknya,” kata Wingky.&nbsp;Pihak internal PHINLA dari Filipina dan Sri Lanka bahkan mengapresiasi adanya acara seperti HLF MSP, yang mengajak negara-negara lain berpartisipasi secara aktif. Ini karena adanya perbedaan frekuensi penyelenggaraan acara multipihak skala besar antara Indonesia dan dua negara tersebut.&nbsp;&nbsp;Wingky juga menambahkan bagaimana HLF MSP ini bermanfaat untuk seluruh entitas yang terlibat langsung, “Kenapa bermanfaat? Karena banyak lembaga yang mengisi di main event ataupun side event dengan proyek yang berbeda, dengan tema yang berbeda. Bagaimana melihat point of view dari informal sektor yang menjadi speakers, atau point of view dari kementerian yang menjadi speakers.”&nbsp;Wawasan baru yang didapat dari acara tersebut menginspirasi dan mengingatkan potensi Indonesia dalam mengembangkan proyek pelestarian lingkungan, termasuk pengelolaan sampah. Wingky meyakini bahwa sistem pengelolaan sampah yang baik dapat terwujud apabila pihak swasta hingga pemerintah Indonesia, yang memiliki cara kerja berbeda, memaksimalkan kerja sama mereka.&nbsp;&nbsp;Penulis: Haneeza Afra

WhatsApp Image 2024-09-30 at 11.14.26 AM.jpeg

large_WhatsApp Image 2024-09-30 at 11.14.26 AM.jpeg

medium_WhatsApp Image 2024-09-30 at 11.14.26 AM.jpeg

small_WhatsApp Image 2024-09-30 at 11.14.26 AM.jpeg

thumbnail_WhatsApp Image 2024-09-30 at 11.14.26 AM.jpeg

Pada 2-3 September 2024, Bappenas RI menggelar High-Level Forum Multi-Stakeholder Partnership (HLF MSP). Wahana Visi Indonesia (WVI) dan Divers Clean Action (DCA) melalui proyek PHINLA menyelenggarakan talk show yang bahasan utamanya pengelolaan sampah dan perekonomian masyarakat.

PHINLA dalam HLF MSP 2024 sebagai Pintu Kolaborasi Multi Pihak

Todo Cama, sebuah program yang bertujuan menjadikan Golo Mori sebagai desa wisata berkelanjutan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Program ini fokus pada pengelolaan sampah dan pertanian regeneratif, serta pengembangan wisata terpadu yang aman, yang bersama-sama mendorong pemberdayaan dan peningkatan ekonomi masyarakat lokal.&nbsp;Pelaksanaan Todo Cama tidak hanya terbatas di entitas-entitas yang bergabung dalam konsorsium, seperti Divers Clean Action, Karma Bumi, Kole Project dan Sky Volunteer. Seluruh kelompok masyarakat juga didorong untuk berkontribusi. Salah satunya kelompok perempuan.&nbsp;Sangat penting bagi suatu proyek pembangunan untuk memberi kesempatan sebesar-besarnya bagi kelompok perempuan untuk terlibat. Mengutip Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK), perempuan tergolong sebagai kelompok rentan yang lebih sering menghadapi masalah dan tantangan, seperti bencana alam, konflik, kekerasan dan sebagainya.&nbsp;Kemenko PMK menyebutkan bahwa perempuan memiliki peran strategis dalam pembangunan, baik di tingkat desa maupun nasional, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.&nbsp;Siti Wasilah, bendahara kelompok Peduli Sampah Golo Mori (PSG), mengatakan bahwa para perempuan yang ada di Golo Mori sangat terbantu dengan adanya program Todo Cama, seperti pengelolaan sampah.&nbsp;&nbsp;<figure class="image"><img src="/uploads/Kel_Perempuan_2_eac78c0d6b.jpg"><figcaption>Pemilahan sampah bersama kelompok perempuan di TPS, Golo Mori.</figcaption></figure>&nbsp;“Dengan adanya TPS ini, sampah-sampahnya sudah mulai kelihatan rapi. Kampung juga sudah mulai kelihatan bersih, walaupun belum seratus persen. Namun, saya pribadi sangat senang (melihat perubahannya),” kata Wasilah.&nbsp;Para ibu rumah tangga tak pernah ketinggalan untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh fasilitator Todo Cama. Bahkan, ada yang rela meninggalkan pekerjaan rumah tangganya sejenak untuk ikut. Ini merupakan salah satu bentuk komitmen mereka untuk berkontribusi dalam pembangunan Golo Mori. &nbsp;Wasilah mengaku, para perempuan Golo Mori sangat antusias melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk lingkungan sekaligus membantu perekonomian rumah tangga. Mereka berusaha memaksimalkan ilmu-ilmu baru yang mereka dapatkan dari program Todo Cama.&nbsp;&nbsp;Penulis: Haneeza Afra

large_Cover Kel Perempuan.jpeg

medium_Cover Kel Perempuan.jpeg

small_Cover Kel Perempuan.jpeg

thumbnail_Cover Kel Perempuan.jpeg

Cover Kel Perempuan.jpeg

Perempuan memiliki peran strategis dalam pembangunan, baik di tingkat desa maupun nasional, misalnya di Golo Mori.

Melihat Upaya Pengelolaan Sampah dan Pembangunan Desa Golo Mori dari Sudut Pandang Perempuan 